Semua surat
dalam al-Qur’an adalah surat yang agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat
yang dikandungnya. Namun, Allah ta’ala dengan kehendak dan kebijaksanaanNya menjadikan
sebagian surat dan ayat lebih agung dari sebagian yang lain. Surat yang paling
agung adalah surat al-Fatihah, sedangkan ayat yang paling agung adalah ayat
kursi, yaitu di surat Al-Baqarah, ayat 255. Yang akan kita pelajari bersama
dalam kesempatan ini adalah ayat kursi. Yang di dalam-Nya menunjukan bahwa ilmu
Allah sangat sempurna.
“Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal serta terus menerus mengurus (makhluk).”
“Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal serta terus menerus mengurus (makhluk).”
Allah adalah
nama yang paling agung milik Allah ta’ala. Allah mengawali ayat ini dengan
menegaskan kalimat tauhid yang merupakan intisari ajaran Islam dan seluruh
syariat sebelumnya. Maknanya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah
selain Allah. Konsekuensinya tidak boleh memberikan ibadah apapun kepada selain
Allah.
Al-Hayyu
dan al-Qayyum adalah dua di antara al-Asma’ al-Husna yang Allah
miliki. Al-Hayyu artinya Yang hidup dengan sendirinya dan selamanya. Al-Qayyum
berarti bahwa semua membutuhkan-Nya dan semua tidak bisa berdiri tanpa Dia.
Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan bahwa kedua nama ini
menunjukkan seluruh al-Asma’ al-Husna yang lain.
Sebagian
ulama berpendapat bahwa al-Hayyul Qayyum adalah nama yang paling
agung. Pendapat ini dan yang sebelumnya adalah yang terkuat dalam masalah
apakah nama Allah yang paling agung, dan semua nama ini ada di ayat kursi.
Artinya: “Dia Tidak mengantuk dan tidak tidur.”
Maha Suci
Allah dari segala kekurangan. Dia selalu menyaksikan dan mengawasi segala
sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Dia tidak lalai terhadap
hamba-hamba-Nya.
Allah
mendahulukan penyebutan kantuk, karena biasanya kantuk terjadi sebelum tidur.
Barangkali
ada yang mengatakan, “Menafikan kantuk saja sudah cukup sehingga tidak perlu
menyebut tidak tidur; karena jika mengantuk saja tidak, apalagi tidur.”
Akan tetapi,
Allah menyebut keduanya, karena bisa jadi orang tidur tanpa mengantuk terlebih
dahulu, dan orang bisa menahan kantuk, tetapi tidak bisa menahan tidur. Jadi,
menafikan kantuk tidak berarti otomatis menafikan tidur.
“Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu
pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu.(Ath Talaaq: 12)
Semesta alam
ini adalah hamba dan kepunyaan Allah, serta di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada
yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah.
Artinya: “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa
izin-Nya.”
Memberi
syafaat maksudnya menjadi perantara bagi orang lain dalam mendatangkan manfaat
atau mencegah bahaya. Inti syafaat di sisi Allah adalah doa. Orang yang
mengharapkan syafaat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berarti
mengharapkan agar Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mendoakannya di
sisi Allah. Ada syafaat yang khusus untuk Nabi Muhammad, seperti syafaat untuk
dimulainya hisab di akhirat, dan syafaat bagi penghuni surga agar pintu surga
dibukakan untuk mereka. Ada yang tidak khusus untuk Nabi shallallahu ‘alahi
wa sallam, seperti syafaat bagi orang yang berhak masuk neraka agar tidak
dimasukkan ke dalamnya, dan syafaat agar terangkat ke derajat yang lebih tinggi
di surga. Seperti penjelasan berikut ini:
Artinya: Dan jagalah dirimu dari (azab) hari
(kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau
sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at[1]
dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.(Al-Baqarah:
48)
Jadi, seorang
muslim bisa memberikan syafaat untuk orang tua, anak, saudara atau sahabatnya
di akhirat. Akan tetapi, syafaat hanya diberikan kepada orang yang beriman dan
meninggal dalam keadaan iman. Disyaratkan dua hal untuk mendapatkannya, yaitu:
- Izin Allah untuk orang yang memberi syafaat.
- Ridha Allah untuk orang yang diberi syafaat.
Oleh karena
itu, seseorang tidak boleh meminta syafaat kecuali kepada Allah. Selain berdoa,
hendaknya kita mewujudkan syarat mendapat syafaat; dengan meraih ridha Allah.
Tentunya dengan menaatiNya menjalankan perintahNya semampu kita, dan meninggalkan semua laranganNya.
Artinya: “Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka.”
Artinya:Dan dialah yang menciptakan
langit dan bumi dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu dia
mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala
kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak.
dan dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.(Al-An’am:
73)
Ini adalah
dalil bahwa ilmu Allah meliputi seluruh makhluk, baik yang ada pada masa
lampau, sekarang maupun yang akan datang. Allah mengetahui apa yang telah
terjadi maupun yang tejadi sekarang, dan yang akan terjadi, bahkan hal yang
ditakdirkan tidak ada, bagaimana wujudnya seandainya ada. Ilmu Allah sangat
sempurna.
Artinya: “Dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang dikehendaki-Nya.”
Tidak ada
yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan. Demikian pula ilmu
tentang dzat dan sifat-sifat Allah. Kita tidak punya jalan untuk menetapkan
suatu nama atau sifat, kecuali yang Dia kehendaki untuk ditetapkan dalam
al-Quran dan al-Hadits.
Artinya: “Kursi Allah meliputi langit dan bumi.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu
menafsirkan kursi dengan berkata:
الكُرْسيُّ
مَوْضِعُ قَدَمَيْهِ
Artinya: “Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah.”
(HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi)
ِArtinya: (Dialah) yang Maha Tinggi
derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, yang mengutus Jibril dengan (membawa)
perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya,
supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).(Al-Mu’min:
15)
Ahlussunnah
menetapkan sifat-sifat seperti ini sebagaimana ditetapkan Allah dan Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam, sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah tanpa
menyerupakannya dengan sifat makhluk.
Ayat ini
menunjukkan besarnya kursi Allah dan besarnya Allah. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam bersabda:
مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْع مَعَ
الكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ
بِأَرْض فَلاَةٍ
Artinya: “Tidaklah langit yang
tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah
lapang.” (HR. Ibnu Hibban no.361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan
al-Albani)
Artinya: “Dan Allah tidak terberati pemeliharaan
keduanya.”
Seorang ibu,
tentu merasakan betapa lelahnya mengurus rumah sendirian. Demikian juga seorang
kepala desa, camat, bupati, gubernur atau presiden dalam mengurus wilayah yang
mereka pimpin. Namun, tidak demikian dengan Allah yang Maha Kuat. Pemeliharaan
langit dan bumi beserta isinya sangat ringan bagi-Nya. Segala sesuatu menjadi
kerdil dan sederhana di depan Allah.
Artinya: “Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Allah
memiliki kedudukan yang tinggi, dan dzat-Nya berada di ketinggian, yaitu di
atas langit (di atas singgasana). Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam bertanya kepada seorang budak perempuan: “Di mana
Allah?”
Ia menjawab, “Di langit.”
Nabi shallallahu ‘alahi wa
sallam bertanya, “Siapa saya?”
Ia menjawab, “Engkau adalah
Rasulullah.”
Maka, Nabi shallallahu
‘alahi wa sallam berkata kepada majikannya (majikan budak perempuan
tersebut -ed), “Bebaskanlah ia, karena sungguh dia beriman!” (HR.
Muslim no. 537)
Jelaslah
bahwa keyakinan sebagian orang bahwa Allah ada dimana-mana bertentangan dengan
al-Qur’an dan al-Hadits.
Artinya: Telah
sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.
tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan dia lah yang Maha
Mendenyar lagi Maha Mengetahui.(Al-An’am: 115)
Demikian pula
Allah memiliki kedudukan yang agung dan dzatnya juga agung sebagaimana
ditunjukkan oleh keagungan kursiNya dalam ayat ini.
Dengan
mengetengahkan hal-hal tersebut di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa, Semesta
alam beserta isinya adalah kepunyaan Allah, serta di bawah kekuasaan-Nya. Tidak
ada yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah, tidak
ada yang tersembunyi darinya, Dia tidak lalai terhadap hamba-hamba-Nya. Dan tidak
ada yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan. Allah yang Maha
Kuat dan Maha Sempurna. Pemeliharaan langit dan bumi beserta isinya sangat
ringan bagi-Nya. Segala sesuatu menjadi kerdil dan sederhana di depan Allah. Penetapan
banyak nama dan sifat Allah yang menunjukkan kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.
Demikian makalah yang dapat saya susun dan saya sangat
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan pengembangan makalah selanjutnya sangatlah saya
harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.
[1] . Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi
orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang
tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
[2]. Dalam
suatu riwayat dikemukan bahwa apabila datang Jibril membawa wahyu kepada Nabi
SAW. beliau mengulang kembali wahyu itu sebelum Jibril selesai menyampaikannya
karena takut lupa lagi. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.87:2-6) sebagai
jaminan bahwa Rasul tidak akan lupa pada wahyu yang telah diturunkan.
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani yang bersumber dari Ibnu Abbas. Didalam isnadnya terdapat juwaibir yang sangat lemah.)
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani yang bersumber dari Ibnu Abbas. Didalam isnadnya terdapat juwaibir yang sangat lemah.)
0 komentar:
Post a Comment