Santa Mars

Laki-laki, 18 tahun

Malang, Indonesia

Banggalah pada dirimu sendiri, Meski ada yang tak Menyukai. Kadang mereka membenci karena Mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.
::
Start
Windows 8 SM Versi 3
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Wednesday 5 June 2013

Hidayah dan Kesesatan

a.    Macam-Macam Hidayah[1]
1.      Hidayah amm, yaitu hidayah yang bersifat umum  yang diberikan Allah kepada semua makhluknya.
2.      Hidayah bayan atau irsyad, yaitu hidayah berupa seruan Allah kepada manusia dan jin untuk mengikuti ajaran agama. Yakni dengan diutusnya para Rasul sebagai pembawa risalah agama.
3.      Hidayah taufik, yaitu hidayah yang berupa kekuasaan Allah untuk  menjadikan manusia mau menerima kebenaran dan ridha kepadanya, sehingga mudah untuk menjalankan perintah Allah.
4.      Hidayah menuju surga atau neraka, hidayah ini berlakunya di akhirat nanti, yaitu ketika hari perhitungan sudah selesai. Maka barang siapa yang banyak amal kebaikannya akan diberi hidayah menuju surga dan yang sedikit amal kebaikannya akan diberi hidayah menuju neraka.
Orang-orang yang menerima hidayah adalah orang yang berpegang teguh pada agama Allah, sebagaimana firman Allah:


101. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, Padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Al-Imran: 101)

Pada ayat ini yang menjadi pokok kajian adalah :
“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”  Maksudnya adalah “ Barangsiapa melakukan segala sebab yang telah Allah tetapkan dan memegang teguh agama serta ketaatan kepada-Nya, maka ia telah menempuh jalan yang jelas dan hujjah yang lurus untuk menuju keridhaan Allah dan keselamatan dari azhab serta siksa Allah.[2]   
Orang-orang yang mendapat hidayah itu adalah orang yang suka memakmurkan mesjid, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kecuali kepada Allah, firman Allah:
18. hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (At-Taubah: 18)
Dalam ayat ini ada dua ciri orang yang diharapkan mendapat petunjuk, yang pertama adalah orang yang suka memakmurkan mesjid. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda :
“Apabila kalian melihat seseorang yang membiasakan diri di mesjid (memakmurkan mesjid), maka saksikanlah ia termasuk orang yang beriman[3]
Kedua, tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maksudnya 1) tidak takut kecuali kepada Allah dari apa-apa yang disembah. Itu karena orang-orang musyrik menyembah berhala-berhala serta takut dan menaruh harapan kepada mereka (berhala). 2) tidak takut dalam masalah agama kecuali kepada Allah. [4]
Orang-orang yang tidak mendapat hidayah tergambar pada firman Allah berikut ini :
57. dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu Dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan Kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.(Al-Kahfi: 57)
Dalam Tafsir Muyassar disebutkan tentang tafsir surah al-Kahfi ayat 57 adalah “Tidak ada seorang yang lebih zalim daripada orang yang dinasihati dan diperingatkan dengan ayat-ayat Allah yang jelas kemudian ia tidak mau mengikuti dan berpaling tidak memenuhi ajakannya, dan ia lupa terhadap perbuatan-perbuatan buruk yang telah ia kerjakan sehingga ia  tidak berhenti melakukannya dan bertobat. [5]
Sesungguhnya Allah telah mengunci hati orang-orang kafir sehingga mereka tidak dapat mengambil manfaat dari al-Qur’an dan tidak memahaminya. Allah juga menyumbat telinga-telinga mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar petunjuk dan tidak mengambil manfaat dari peringatan. Meskipun engkau mengajak orang-orang kafir, kepada keimanan mereka tidak akan mengikutimu selamanya, karena Allah telah menetukan kesesatan terhadap mereka. [6]

Pada surah Al-Jumu’ah ayat 5, di jelaskan
5. perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa Kitab-Kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Jumu’ah : 5)
>Kesesatan
Orang-orang yang sesat adalah orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, firman Allah: 
108. Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (Al-Baqarah: 108).
Maksudnya adalah maka barangsiapa yang mengganti iman mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dengan kekafiran, kemudian keluar dari agamanya, maka telah menyimpang dari manhaj yang berada ditengah-tengah, yang jelas dan diikuti. [7]
Orang-orang yang sesat juga adalah orang yang sering berbolak-balik agama, dari islam kemudian kafir, kemudian islam lalu kafir, dan seterusnya, sebagaimana firman Allah :
90. Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka Itulah orang-orang yang sesat. (Al-Imran: 90)
Pada Tafsir At-Tahbari disebutkan para ulama berbeda pendapat:
Pertama:  berpendapat maknanya adalah “orang-orang kafir kepada sebagian Nabi-Nya yang diutus sebelum Nabi Muhammad, padahal sebelumnya mereka beriman, kemudian kekufuran mereka kepada Nabi Muhmmad semakin besar, maka Allah tidak menerima taubat mereka, yakni ketika kematian menjemput mereka.
Kedua: berpendapat bahwa maknanya adalah ahli kitab yang kafir kepada Nabi Muhammad, padahal sebelumnya mereka beriman kepada para Nabi mereka. Kekufuran mereka lalu bertambah (maksdunya dosa mereka bertambah), maka Allah tidak menerima taubat mereka selama mereka tetap dalam kekufuran.
Ketiga: berpendapat bahwa maknanya adalah orang-orang yang kafir setelah sebelumnya mereka beriman kepada para nabi, kekufuran mereka bertambah (maksdunya menetap didalamnya sampai mati). Keimanan dan tobat mereka yang pertama kali sama sekali tidak bermanfaat, karena pada akhirnya mereka mati dalam keadaan kufur.
Keempat: fiman Allah “kemudian beratambah kekufuran mereka ” adalah keadaan mereka yang mati dalam keadaan kafir . sedangkan firman Allah “sekali-kali tidak akan diterima taubat mereka” adalah saat sakaratul maut.[8]

1.      Talkid Buta

28. dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang Kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh Kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? (Al-A’raf: 28) 
 2.      Tipu Daya Setan
 


60. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 60)

3.      Mengingkari Hari Kiamat

5. dan jika (ada sesuatu) yang kamu herankan, Maka yang patut mengherankan adalah Ucapan mereka: "Apabila Kami telah menjadi tanah, Apakah Kami Sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?" orang-orang Itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang Itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Ar-Ra’d: 5)

4.      Menyekutukan Allah

30. orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah kamu, karena Sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka." (Ibrahim : 30)

5.      Tidak Menggunakan Akal

22. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (Al-Anfal: 22)

6.      Tidak Mengambil Pelajaran dari Sejarah
  
40. dan Sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka Apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu; bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan. (Al-Furqan: 40)

7.      Tidak Mau Menerima Kebenaran

9. mereka menjawab: "Benar ada", Sesungguhnya telah datang kepada Kami seorang pemberi peringatan, Maka Kami mendustakan(nya) dan Kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar". (Al-Mulk: 9)

8.      Bangga dan Congkak

7. dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami Dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah Dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah Dia dengan azab yang pedih.(Luqman :7).      9.    Heran Karena Rasul Manusia  
2. Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang Tinggi di sisi Tuhan mereka". orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata".(Yunus: 2)


10.  Orang yang Dibiarkan Sesat 

8. Maka Apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu Dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa karena Kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (Fathir : 8)
  

Pada surat Al-An’am : 125 disebutkan,ƒ
125. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al-An’am : 125)

Pada ayat ini yang paling menarik perhatian adalah kesan yang tersurat bahwa Allah berkehendak sesuka hati-Nya dan semuanya atas ketentuan Allah. Barang siapa yang diberikan Allah petunjuk maka ia mudah masuk islam, sebaliknya jika Allah menghendaki seseorang sesat, maka dijadikan Allah hatinya itu sempit sehingga tidak mau menerima islam.     
Kesan demikian, bila dihadapkan pada ayat-ayat lain di dalam Al-Qur’an, akan bertentangan dengan dua hal. Pertama, kesan itu bertentangan dengan konsep keadilan Tuhan, sebab jika seseorang ditentukan menjadi muslim, sementara yang lain tidak dan dimana letak peran manusia untuk menetukan nasibnya, padahal banyak ayat yang menegaskan signifikasi keadilan dan peran manusia. Misalnya:
   
44. Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (Yunus: 44).
Kedua, kesan itu bertentangan pula dengan prinsip hukum kausalitas. Bahwa segala sesuatu itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan disebabkan oleh sesuatu atau disebut dengan sunnah Allah, yang merupakan ketentuan-ketentuan Allah yang tidak akan pernah berubah dan Allah tidak akan merubahnya.
     
62. sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah. (Al-Ahzab: 62).

Dari penjelasan tersebut, dapat kita pahami bahwa Allah itu memang Maha Kuasa, kalau Dia mau, maka dimasukkannya orang yang baik ke dalam neraka, dan orang yang durjana ke dalam surga. Namun, hal itu tidak akan dilakukan karena Dia telah berjanji untuk berbuat adil dan mempertimbangkan segala amal manusia, dan Dia tidak mungkin melanggar janji-janji tesebut.  

>Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Hidayah itu tidak hanya diberikan kepada orang-orang islam, tetapi juga diberikan kepada semua makhluknya, yaitu berupa hidayah amm, dan agar manusia tidak tersesat maka Allah berikan Hidayah bayan atau irasyad, yaitu dengan diutusnya para Rasul. Maka orang yang mau menerima ajakan para Rasul itu maka Allah berikan ia Hidayah taufik. Sementara yang tidak mau menerima ajakan tersebut disebabkan oleh taklid buta, tipu daya setan, tidak mau menerima kebenaran dan lain sebagainya seperti yang tersebut diatas.  Kita juga mengetahui bahwa Allah itu Maha Kuasa, sehingga Allah bisa berbuat apa yang Dia kehendaki dan tentunya tetap adil kepada seluruh mahkluk-Nya.  



[1] Muhammad bin Jamil Zainu, Bagaimana kita memahami Al-Qur’an, terj. Muhammad Qawwam, Abu Luqman, (Malang: Cahaya Tauhid Press, 2006), h. 186
[2]Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir At-Thabari,terj. Beni Sarbeni, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),  Jilid 5, h. 670-671
[3] Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, terj. Budi Rosyadi dkk, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Jilid. 8, h. 208  
[4] Ibid, h. 210
[5]‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar, terj. Tim Qisthi Press, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), Jilid 2, h.554.   
[6] Ibid
[7]Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir At-Thabari,terj. Beni Sarbeni, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),  Jilid. 2,  h. 382.  
[8] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir At-Thabari,terj. Beni Sarbeni, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008),  Jilid 5, h. 572-577.
[9]Afzalurrahman, Indeks Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), Cet. II, h. 163-166.
[10]Salman Harun, Mutiara Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999),  h. 3-5.  

0 komentar: