Istilah ahlul
kitab berasal dari dua kata bahasa arab yaitu ahl dan kitab. Ahl/ahlu
berarti pemilik sedangkan kitab berarti kitab/buku suci. Jadi, ahlul
kitab berarti, “Pemilik Kitab”, yakni para umat rasul yang diberi kitab
suci ( wahyu Allah ), seperti pada kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka diberi kitab
Taurat dan Injil.[1] Selain
itu, ahlul kitab juga berarti orang-orang yang diberikan kepadanya
kitab-kitab, sebelum datangnya Nabi Muhammad saw.[2]
Bagi umat
muslim, maka ahlul kitab itu ada yang dianggap beriman dan ada pula yang
dianggap kafir apabila :
1. Mereka mengakui kebenaran Alquran sebagai kitab
suci penyempurna dan pelengkap dari kitab suci mereka tersebut sekaligus juga
mereka mengakui bahwa Nabi Muhammad saw adalah Rasul Allah swt. Maka mereka ini
dianggap sebagai ahlul kitab yang beriman.
2. Mereka tidak
mengakui kebenaran Alquran serta mengganti dan mengubah isi dari kitab suci
yang telah diturunkan kepada mereka tersebut dan mengingkari kerasulan Nabi
Muhammad saw. Maka mereka ini dianggap sebagai ahlul kitab yang kafir.[3]
Sedangkan
kitab itu sendiri berarti wahyu Allah swt yang diturunkan kepada para rasul,
kemudian diteruskan kepada umat manusia sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi
mereka.
Adapun
kitab-kitab yang Allah swt turunkan itu ada 4 macam yaitu :
Kitab
ini diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Musa as untuk kaumnya umat Yahudi,
dimana kitab ini berisi tentang hukum-hukum Allah swt yang jumlahnya ada sepuluh
macam. Yang sepuluh macam hukum ini diterima oleh Nabi Musa di puncak gunung
Tursina. Seluruhnya sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam kitab suci
Alquran, kecuali satu di antaranya yaitu
memuliakan hari sabtu. Sepuluh macam hukum itu adalah sebagai berikut :
1.
Mengakui keesaan Allah swt.
2.
Larangan menyembah berhala.
3.
Jangan menyebut nama Allah swt dengan sia-sia.
4.
Supaya mensucikan hari sabtu.
5.
Menghormati ayah dan ibu.
6.
Larangan membunuh sesama manusia.
7.
Jangan berzina.
8.
Larangan mencuri.
9.
Tidak boleh jadi saksi palsu.
10.
Tidak boleh mengambil istri orang.
Adapun dalil yang menunjukkan bahwa Kitab Taurat ini
diturunkan kepada Nabi Musa as adalah:
44.
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara
orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh
orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi
terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.
barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir.(Q.S. Al-Maidah:
44)
Kitab
ini diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Daud as untuk kaum Yahudi juga.
Adapun isinya tidak memuat syari’at atau hukum-hukum agama, melainkan berupa
nasehat dan peringatan-peringatan saja. Hal ini karena Nabi Daud as pada waktu
itu hanya diperintahkan untuk mengikuti syari’atnya Nabi Musa as saja.[4]
Adapun
dalil yang menunjukkan bahwa Kitab Zabur ini diturunkan kepada Nabi Daud as
adalah:
55. Dan Tuhan-mu lebih
mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. dan Sesungguhnya Telah kami
lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan
Zabur kepada Daud.(Q.S. Al-Isra: 55)
Kitab
ini diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Isa as untuk kaumnya umat Nasrani,
dimana kitab ini memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata berupa
perintah-perintah Allah swt supaya manusia mengesakan-Nya dan juga menjelaskan
bahwa di akhir zaman nanti akan ada datang rasul terakhir, yakni Nabi Muhammad
saw.[5]
Adapun
dalil yang menunjukkan bahwa Kitab Injil ini diturunkan kepada Nabi Isa as
adalah:
46. Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi
Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya,
yaitu: Taurat. dan kami Telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang
didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.(Q.S. Al-Maidah: 46)
Kitab
ini diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk seluruh umat
manusia. Pada garis besarnya Alquran itu berisi :
1.
Tauhid, yakni mengesakan Allah swt.
2.
Ibadah yang disyariatkan oleh Allah swt.
3. Muamalah, baik hubungan dengan
Allah maupun hubungan dengan sesama manusia.
4.
Berbagai petunjuk, menuju jalan hidup yang benar di dunia dan di akhirat.
5. Pembeda antara yang haq dengan
yang batil dan antara yang halal dengan yang haram.
6.
Keterangan-keterangan tentang alam ghaib.
7. Keterangan- keterangan ilmiah
tentang kejadian manusia dan penciptaan alam semesta.
8.
Mengandung kisah umat terdahulu sebagai suri tauladan.
Adapun
dalil yang menunjukkan bahwa Kitab Alquran ini diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw adalah: 48. Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah
datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan
jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan
itu,(Q.S. Al-Maidah: 48)
a.
Umat Nasrani menganggap bahwa Tuhan itu ada tiga
Di
antara penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan oleh umat Nasrani adalah mereka menganggap bahwa Tuhan itu ada tiga, sebagaimana firman Allah swt:
171........Maka berimanlah kamu kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu)
tiga", berhentilah (dari Ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi
Pemelihara.(Q.S. An-Nisa : 171)
öDalam
ayat di atas dijelaskan bahwa umat Nasrani menganggap bahwa Tuhan itu ada tiga
yang terdiri dari Tuhan anak, Tuhan ibu dan Tuhan bapak, adapun Tuhan anak itu
adalah Nabi Isa as dan Tuhan ibu itu adalah Siti Maryam sedangkan Tuhan bapak
itu adalah Allah swt. Yang mana anggapan itu adalah benar-benar kejahilan dan
kesesatan yang nyata dan jauh dari kebenaran. Padahal Allah swt itu adalah
Tuhan Yang Maha Esa dan Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,[6]
sebagaimana firman-Nya di dalam Alquran
1. Katakanlah:
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan ( Q.S.Al-Ikhlas :1dan 3)
b. Mereka
menganggap bahwa Allah swt punya anak
Selain
mereka menganggap bahwa Tuhan itu ada tiga, mereka juga menganggap bahwa Tuhan
itu punya anak, seperti dijelaskan dalam ayat di bawah ini :
30. Orang-orang Yahudi
berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan
mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? (Q.S. At-Taubah : 30 )
Dari
ayat di atas dijelaskan bahwa umat Yahudi mengatakan bahwa Uzair[7]
itu adalah anak Tuhan, peristiwa ini bermula ketika di antara mereka tidak ada
satu orang pun yang hafal terhadap semua isi kitab Taurat, sejak kematian
Khianashar. Seratus tahun kemudian, datanglah Uzair kepada mereka lalu
membacakan isi kitab Taurat dengan hafal.[8]
Melihat peristiwa langka ini umat Yahudi terkejut dan heran sekali, akhirnya
dia diberi kedudukan sebagai seorang ulama dan agamawan Yahudi dan dihormati
oleh setiap orang bahkan ada yang sampai menganggap bahwa dia adalah anak
Tuhan.[9]
Sedangkan umat Nasrani mengatakan bahwa Nabi Isa as adalah anak Tuhan karena
beliau lahir tanpa ayah, mereka menganggap bahwa tidak mungkin Siti Maryam itu
mau melahirkan tanpa ada suami yang menggaulinya, jadi mereka menganggap bahwa
Tuhanlah yang menjadi suami dari Siti Maryam itu dan menjadi bapak dari Nabi
Isa as tersebut. Padahal kejadian itu atas kehendak Allah swt, walaupun seorang
perempuan itu tidak mempunyai seorang
suami kalau Allah menghendaki agar perempuan itu melahirkan pasti akan terjadi karena
itu mudah bagi Allah swt untuk menunjukkan sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya kepada umat manusia.[10]
c.
Mereka mengaku sebagai anak Tuhan dan kekasih-Nya
Selain
mereka menganggap bahwa Tuhan itu ada tiga dan punya anak mereka juga ada yang
sampai mengaku sebagai anak Tuhan dan kekasih-Nya, sebagaimana firman Allah swt
dalam surah Al-Maidah ayat 18 dan pengakuan mereka tersebut langsung dibantah
oleh Allah swt dalam ayat itu pula, yang ayat tersebut adalah :
18. Orang-orang Yahudi
dan Nasrani mengatakan: "Kami Ini adalah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka Mengapa Allah menyiksa kamu karena
dosa-dosamu?" (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya),
tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya.
dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali
(segala sesuatu).(Q.S.Al-Maidah :18)
Dari
ayat di atas dijelaskan bahwa umat Yahudi dan Nasrani mengaku bahwa mereka
adalah anak-anak Tuhan dan kekasih-Nya, selain dari mereka itu bukanlah
kekasih-kekasih-Nya, padahal mereka itu sama saja manusia biasa yang termasuk
di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Jika dia berdosa maka dia akan
disiksa dan jika dia berbuat baik maka dia akan diberi pahala dan apabila dia
juga bertaubat maka akan diampuni oleh Allah swt, yang mana mereka itu tidak
memiliki keistimewaan dan kelebihan apapun, jadi itu berarti sama saja dengan manusia
pada umumnya.[11]
d.
Mereka merupakan golongan yang menyembunyikan kebenaran
Selain
mereka melakukan perbuatan-perbuatan tersebut di atas, mereka juga merupakan
golongan yang menyembunyikan dan merahasiakan akan kebenaran, seperti yang
dijelaskan oleh Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 146, yang ayat tersebut
adalah :
146. Orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang Telah kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad
seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. dan Sesungguhnya sebahagian
diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka Mengetahui.(Q.S.
Al-Baqarah : 146)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa umat
Yahudi dan Nasrani itu telah membaca dan mengetahui tentang akan datangnya
rasul terakhir yaitu Nabi Muhammad saw [12]
dan sifat-sifat [13]
serta identitas beliau [14]
yang terdapat di dalam kitab suci mereka tersebut, namun mereka iri dan dengki
karena rasul tersebut bukan berasal dari kaumnya melainkan dari bangsa Arab
sehingga mereka mendustakan
dan menyembunyikan kebenaran tersebut dengan menghapus ayat-ayat yang
menerangkan tentang Nabi Muhammad saw dengan mengganti ayat-ayat yang lain. Seandainya
Nabi Muhammad saw tersebut berasal dari kaumnya sendiri mungkin mereka tidak
melakukan perbuatan itu. Namun, karena kedengkian yang telah menyelimuti mereka
sehingga mereka pun tetap melakukan perbuatan tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas dapat kita pahami bahwa para ahlul kitab itu merupakan
umatnya dari kaum Nabi Musa as, Nabi Daud as serta Nabi Isa as, dimana mereka
tersebut diperintahkan agar mengikuti dan menaati segala hukum dan aturan
sebagaimana yang tercantum di dalam
kitab Zabur, Injil dan Taurat. Namun, setelah para rasul tersebut wafat, mereka
banyak yang mengubah, menghapus dan mengganti isi dari kitab-kitab suci
tersebut menurut kehendak dan hawa nafsu mereka. Seperti mereka menganggap
bahwa Tuhan itu ada tiga, punya anak dan bahkan ada yang sampai menganggap
dirinya sendiri sebagai anak Tuhan dan kekasih-Nya. Padahal itu sama sekali
tidak ada di dalam kitab suci mereka
tersebut. Namun, karena mereka sudah terlanjur sesat, maka mereka pun tetap
melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.
[2] http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080307192101AAzzC7S
(didownload 10 April, 2011 ).
[3] http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080307192101AAzzC7S
(didownload 10 April, 2011 ).
[4] Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu
Kalam (Bandung : CV Pustaka Setia, 1998), 133.
[5] Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam,
133.
[6] Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir
Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar ( Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafii, 2004
), 466.
[7] Dia dulunya termasuk tawanan
yang dibebaskan Kursy Raja Persia dan diperbolehkan kembali ke Yarussalem pada
tahun 451 M. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Volome 5 ( Jakarta : Lentera Hati, 2002), 546.
[8] Fuad Kauma, Tamsil Alquran
( Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000), 130.
[9] M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Mishbah Volome 5 ( Jakarta : Lentera Hati, 2002), 546.
[10] Shihab, Tafsir Al-Mishbah
Volome 5, 547.
[11] Shihab, Tafsir Al-Mishbah
Volome 5, 58.
[12] Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi
Kandungan Alquran, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996), 196.
[13] ‘Aidh al-Qarni, Tafsir Muyassar Juz 1-8, terj. Tim Qisthi Press
( Jakarta : Qisthi Press, 2008 ), 11
[14] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, terj. Ahsan Askan, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2007 ), 646.
Penulis: Antoni/ M. Zulfahmi Husin
Penulis: Antoni/ M. Zulfahmi Husin
0 komentar:
Post a Comment