Hadis
Tentang larangan Berbicara Saat Khotib
Berkhotbah
حَدِيْثُ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ , أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
أَنْصِتْ , وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ, فَقَدْ لَغَْوتَ
Artinya:
Dari
Abu Hurairah ra. Rasulullah Sabda : jika anda memperingatkan kawan anda walau
hanya dengan kalimat : Ansihit ( dengarkanlah, perhatikanlah) ketika imam
sedang berkhutbah, maka sungguh anda telah berbuat laghu( sia-sia). ( H. R.
Bukhari Muslim). Kala laghu dalam hadis ini maksudnya, tidak mendapat pahala
yan istimewa dalam shalat jum’at[5]
رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِنَّ
طَوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلُ وَقَصْرِ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ
مِنْ فَقْهِهِ فَأَطِيْلُوا الصَّلاَةَ وَاقْصُرِ الْخُطْبَةَ, وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ
سِحْرًا ) رواه مسلم واحمد)
Artinya:
Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan pendeknya khutbahnya
menunjukkan kedalaman pengertiannya dalam agamanya. Karena itu panjangkanlan
shalat dan pendekkanlah khutbah, sesungguhnya sebagian keterangan dapat
memperdayakan orang. (H. R. Thabrani dan Ahmad).[6]
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ اْلوُضُوْءَ, ثُمَّ اَتَى
الْجُمُعَةَ فَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَاَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَابَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ
وَزِيَادَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍٍ, وَمَنْ مَسَّ الْحَصَا فَقَدْ لَغَا(رواه
الترمذي ومسلم )
Artinya:
Dari Abu Huraiah bahwasanya nabi Saw.
Bersabda” barang siapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian ia
mengadiri shalat jum,at, ia mendekat pada imam dan mendengarkan khutbah serta
bersikap tenang diwaktu itu akan diampunkann
dosa-dosanya yang terjadi pada jum,at itu hingga pada jum’at berikutnya
ditambah 3hari dan barang siapa yang mengusap batu- batu kecil, maka ia telah
berbuat dosa.( H. R. Turmuzi dan Muslim)[7]
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ قَالَ إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
أَنْصَتَ وَاْلإِماَمُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ (رواه الخمسة)
Artinya:
Dari Abu Hurairah R.A. bahwasanya Rasulullah Saw.
bersabda “ Jika sekiranya engkau berkata pada kawanmu di hari jum,at ;”
diamlah engkau” waktu imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berdosa”
(H. R. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Nasai).
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا, عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْضُرُ الْجُمُعَةِ ثَلاَ ثَةُ نَفَرٍ,
رَجُلٌ حَضَرَ هَا يَلْغُوْ وَهُوَ حَظُّهُ مِنْهَا.......(رواه ابو دود وإبن
خزيمة في صحيحه)
Artinya:
Dari Abdullah ibnu Umar bahwasanya Nabi Saw. bersabda ”
yang menghadiri shalat jum’at ada 3 orang, seorang menghadirnya untuk
bermain-main maka baginya hanya main- main....
وَرَجُلٌ حَضَرَهَا بِإِنْصَاتٍ وَسُكُوْتٍ وَلَمْ يَتَخَطَّ
وَزِيَادَةِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ, وَذَالِكَ
بِقَوْلِ اللهِ تَعَالَى " مَنْ جآءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثاَلِهِا
Artinya:
Seseorang yang menghadirinya dengan tenang dan
mendengarkan, ia tak melangkahi leher seorang muslim dan ia tidak menyakiti
seseorangpun, maka sifatnya itu akan menghapuskan dosa- dosanya mulai jum’at
itu hingga jum’at yang akan datang dan
ditambah 3 hari, firman Allah Swt. “ man jaa- bilhasanati falahu a’ yru
amstaliha/ barang siapa yang berbuat suatu kebaikan maka baginya diberi 10 kali
lipat sepertinya ( H. R. Abu Daud dan Ibnu
Khuzaimah). [8]
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ثَعْلَبَةَ بْنِ أَبِيْ مَالِكٍ اَلْقُرَظِيِّ
اَنَّهُ اَخْبَرَهُ اَنَّهُمْ كَانُوْا فِيْ زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ يُصَلُّوْنَ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ حَتىَّ يَخْرُجُ عُمَرُ, فَاِذَا خَرَجَ عُمَرُ وَجَلَسَ عَلَى
المِْنْبَرِ وَاَذَّنَ اْلمُؤَذِّنُوْنَ, قَالَ ثَعْلَبَةَ: جَلَسْناَ نَتَحَدَّثُ,
فَاِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُوْنَ وَقَامَ عُمَرُ يَخْطُبُ اَنْصَتْنَا فَلَمْ يَتَكَلَّمْ
مِنَّا اَحَدٌ, قَالَ ابْنُ شِهَابٍ . فَخُرُوْجُ اْلإِمَامِ يَقْطَعُ الصَّلاَةَ
وَكَلاَمُهُ يَقْطَعُ الْكَلاَمَ.
Artinya:
Bersumber dari Ibnu Syihab, dari Tsa’labah bin Abi Malik
al- Quraidhiy, beliau menceritakan bahwa pada zaman Umar bin Khatab kaum
muslimin melakukan shalat jum’at, sampai keluar (datang) Umar. Ketika Umar
keluar, duduk diatas mimbar dan meadzin adzan ( kata Tsa’labah) kami duduk
berbincang- bincang apabila muadzin
telah berhenti dan Umar memulai khutbahnya, kami diam mendengarkan, tak
seorangpun diantara kami yang berbicara. Kata Ibnu Syihab: “ jadi keluarnya
imam itu menghentikan shalatt dan bicaranya menggantikan semua pembicaraan.[9]
عَنْ مَالِكِ بْنِ أَبِيْ عَامِرٍ, إِنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانٍ
كَانَ يَقُوْلُ فِيْ خُطْبَتِهِ , فَلَما يدع ذالك اذا خطب: اذا قام الإمام يخطب
يوم الجمعة, فاستمعوا وانصتوا , فان للمنصت الذي لايسمع من الحظ, مثل ماللمنصت
السامع
Artinya:
Bersumber dari Malik bin Abi Amir, bahwa Ustman bin Affan
prnah dalam khutbahnya, perkataan yang jarang beliau tinggalkan ketika
berkhutbah. “ Apabila imam telah berdiri berkhutbah pada hari jum’at maka
kalian dengarkanlah dan diamlah, karena orang diam yang tidak mendengarkan itu
baginya seperti bagian yang diperoleh orang yang diam mengarkan.[10]
عن نافع, ان عبد الله بن عمر راى رجلين يتحدثان والإمام
يخطب يوم الجمعة, فحصبهما ان اصمتا.
Artinya:
Bersumber dari nafi, bahwa Abdullah bin Umar melihat dua orang
laki- laki bercakap- cakap ketika imam sedang berkhutbah pada hari jum’at
beliau melempar mereka dengan kerikil agar diam.
وعن مالك انه بلغه ان رجلا عطس يوم الجمعة والإمام يخطب
فشمته انسان الى جنبه, فسأل عن ذالك سعيد بن المسيب, فنهاه عن ذالك وقال: لاتعد.
وعن سالك انه سأل ابن شهاب عن الكلام يوم الجمعة اذا نزل الإمام عن المنبر قبل ان
يكبر؟ فقال ابن شهاب: لابأس بذلك.
Artinya:
Bersumber dari Malik, sesungguhnya telah sampai kepada
beliau bahwa seorang laki- laki bersin pada jum’at ketika beliau sedang
berkhutbah, lali orang –orang disebelahnya mendoakannya( dengan ucapan“
yarhamukallah”) Hal itu ditanyakan kepada Said bin al- masayyat, said melarang
yang demikkian itu dan berkata” jangan
ulangi. Malik pernah bertanya kepada Ibnu Syihab tentang perbandingan pada hari
jum’at ketika turun dari mimbar sebelum bertakbir? Ibnu Syihab menjawab” tidak
apa- apa hal itu”[11]
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ. قَالَ
النَِّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ وقفت
الملائكة على باب المسجد يكتبون الأول فالأول ومثل المهجر كمثل الذي يهدي بدنه ثم
كالذي يهد بقرة ثم كبشا ثم دجاجة ثم بيضة فاذ خرج الإمام طوو صحفهم ويستمعون
الذكر............
Artinya:
Dari Abu Hurairah R. A. ia berkata “ nabi Saw. Bersabda jika
sudah tiba hari jum’at, maka para
Malaikat sama berdiri dipintu masjid sambil mencatat orang yang datang dahulu,
lalu yang dahulu pula sesudah itu, perumpamaan orang yang datang pada waktu
yang awal sekali, maka ia seolah- olah mengorbankan unta, kemudian seperti kambing kibas, kemudian seperti mengorbankan
ayam dan selanjutnya seperti mengorbankan sebutir telur. Kemudian imam keluar,
para malaikat itu sama melipat bukti- bukti catatannya dan mendengarkan dzikir
( yakini khutbah imam”.[12]
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ اَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
Artinya:
Dari Abu Hurairah R. A. bahwasanya Rasulullah Saw.
Bersabda: “ Apabila kamu mengatakan:” Dengarkanlah kepada temanmu” pada hal
imam sedang berkhutbah maka telah terhapus ( pahalanya= pen)[13]
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ
اَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَاَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَابَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ
وَزِيَادَةُ ثَلاَ ثَةِ اَيَّامٍٍ . وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغاَ (رواه
مسلم)
ِArtinya:
Dari Abu Hurairah R. A. barang siapa berwudu lalu ia
menyempurnakan wudhunya kemudian ia menghadiri jum’atan, maka ia mendengarkan
dan diam , niscaya Allah Swt. Akan mengampuni dosa- dosanya yang di lakukannya
antaraa dua jum’at dan ditambah 3 hari sesudahnya. Dan barang siapa melempar
batu kerikil, maka sia- sialah jum’atannya.[14]
Maksudnya sia- sia adalah tidak akan mendapat keutamaan
hri jum’at dengan demikian ia hanya mendapatkan pahala seperti shalat zhuhur
buka pahala jum’at. Pada zaman nabi Saw. Lantai masjid Nabawi berupa batu- batu
kecil yang biasa dipakai melontar jumlah, tidak ada karpet dan juga pasir,
barang siapa yang memainkan batu- batu tersebut berartii ia sudah berbuat sia-
sia. Mislanya mengusap usapnya dan lain- lain. Maksudnya ia melakukan sesuatu
yang dapat mengalihkan perhatiannya dari khutbah karena mendengarkan khutbah
jum’at hukumnya wajib. Oleh karenanya, Rasulullah Saw. Bersabda.
اَلَّذِيْ يَتَكَلَّمُ وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ كَمِثْلِ الْحِمَارِ
يَحْمَلُ اَسْفَارَ
Artinya:
Orang yang berbicara ketika imam sedang berkhutbah, sama
seperti keledai yang sedang mengangkut kitab- kitab.
Maksudnya keledai yang sedang mengangkat kitab- kitab,
namun kitab- kitab tersebut tidak bermanfaat untuknya sedikitpun. Adapun orang
yang berkata- kata kepada temannya, “ diamlah kamu” ! maka dia tidak akan
mendapatkan jum’at . maksudnya pahala jum’at.[15]
عَنْ سَلْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ , وَيَتَطَهَّرُ
مَا سْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ, وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ , اَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيْبِ
بَيْتِهِ , ثُمَّ يَخْرُجُ فَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اْلإِثْنَيْنِ , ثُمَّ يُصَلِّي
مَا كُتِبَ لَهُ, ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ اْللإِمَامُ, اِلاَّ غُفِرَ لَهُ
مَا بَيْنَهُ وَبَيْن الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى( رواه البخارى)
Artinya:
Dari Salman R. A. ia berkata : Rasulullah Saw. Bersabda
“ Apabila seseporang mandi dihari jum’at, bersuci sekemampuannya untuk bersuci
kemudian meminyaki rambutnya, memakai wangi- wangian yanng lain dimiliikinya
dirumahnya, kemudian pergi( menuju mesjid) dan tidak memisahkan antara dua
orang. Kemudia shalat sekemampuannya, lalu diam tidak berbicara ketika imam
berkhutbah, maka dosanya akan diampuni dari jum’at tersebut ke- jum’at
berikutnya. ( H. R. Bukhari) sebagaimana dikutip dari shahih al-
Bukhari hadits, no 883.[16]
[1] . Muhammad Yusuf Khair, Peran
Media Informasi Islam, ( Jakarta: Pustaka Al- Kausar, 1996), cet. II, h.
44.
[2] . Ibid, h. 44- 45.
[3] . Ibid, h. 45.
[4] . Ibid, h. 45-46.
[5] . Muhammad
Fu’ad Abdul Baqi, Al- lu’lu’ wal Marjan Himpunan Hadist Shahih yang
disepakati Oleh Bukhari dan Muslim , diterjemahkan oleh Salim Bahreisy, ( Surabaya: PT. Bina Ilmu, t.
th), jilid. 1, h. 254.
[6] . Syeh Mansur Ali
Hanif Al- Husaini, At- Taaj al- Jami’
lil Ushul fii ahaadiitsir- rasuli, ( Semarang: Cv. As- Syifa, t.th.), h.
454.
[7] . Ibid, h. 462.
[8]. Abit Bisri Mushtafa dkk, Al- Muwaththa’ Al-
Imam malik R. A., ( Semarang: Cv
Asy-syifa, 1992), h. 465.
[9] . Ibid, h. 140- 141.
[10] . Ibid, h. 141- 142.
[11] . Ibid, h. 142-143
[12] . Ahmad Sunarto dkk. Shahih bukhari , (
Semarang: Asyifa, 1994), h. 28.
[13] . Ibid, h. 31.
[14] . Syeh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, Syarah Riyadus-
Salihin,( Jakarta: dar-rus-sunnah, 2009), cet. II , jilid. 3 Bab 210, hal- 888.
[15] . Ibid, h. 888.
[16] . Ibid, h. 890
0 komentar:
Post a Comment